Ketika berbicara tentang Idul Fitri merupakan momentum
suci nan agung, Umat Islam di seluruh penjuru tanah air tentunya memiliki cara
tersendiri untuk menyambut datangnya hari kemenangan tersebut, begitupun
masyarakat Jawa yang terbiasa melaksanakan Lebaran ketupat, yang kerap dianggap
sebagai pelengkap hari kemenangan. Yang hidup dan bergaul dengan
jawa pasti mengenal yang di sebut dengan Lebaran ketupat…Besok pagi tanggal 15
Agustus 2013 tepatnya lebaran Ketupat.
Berbicara tentang masyarakat Jawa umumnya mengenal dua
kali pelaksanaan Lebaran, yaitu Idul Fitri dan Lebaran ketupat. Idul Fitri
dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Syawal, sedangkan Lebaran ketupat adalah satu
minggu setelahnya (8 Syawal). Tradisi Lebaran ketupat diselenggarakan pada hari
ke delapan bulan Syawal setelah menyelesaikan puasa Syawal selama 6 hari. Hal
ini berdasarkan sunnah Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk
berpuasa sunnah 6 Hari di bulan Syawal.
Dalam sejarahnya, Lebaran ketupat pertama kali
diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, saat itu, beliau memperkenalkan dua istilah Bakda kepada masyarakat Jawa, Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Lebaran dipahami dengan prosesi pelaksanaan shalat
Ied satu Syawal hingga tradisi saling kunjung dan memaafkan sesama muslim,
sedangkan Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari
itu, masyarakat muslim Jawa umumnya membuat ketupat, yaitu jenis makanan yang
dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa (janur) yang
dibuat berbentuk kantong, kemudian dimasak.. Setelah masak, ketupat tersebut
diantarkan ke kerabat terdekat dan kepada mereka yang lebih tua, sebagai simbol
kebersamaan dan lambang kasih sayang.
Dalam tradisi masyarakat Jawa, terdapat aneka macam bentuk
ketupat yang dimiliki tiap-tiap daerah yang juga memiliki arti dan maksud
tersendiri. Sebut aja ketupat Bawang khas Madura, ketupat ini berbentuk persegi
empat dan dianggap sebagai ketupat penyedap, sebagaimana bumbu masak berupa
bawang. Juga ada Ketupat Glabed yang dipopulerkan oleh masyarakat Tegal, Kupat
glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah berwarna kuning kental.
Sedangkan penamaan ketupat ini pun berasal dari ucapan orang Tegal yang
mengekspresikan kekentalan kuah ketupat tersebut dengan istilah
Glabed-glabed-glabed!. Juga ada Ketupat Bebanci khas Betawi, Sesuai
dengan namanya, ketupat bebanci adalah masakan dengan unsur utamanya adalah
ketupat. Ketupat ini disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi
aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, dan
rempah-rempah.
Filosofi
Ketupat
Penggunaan istilah ketupat dalam Lebaran ketupat tentu
bukan tanpa filosofi yang mendasarinya, Kata “ketupat” atau “kupat” berasal
dari istilah bahasa Jawa yaitu “ngaku lepat” (Mengakui
Kesalahan) dan laku papat (empat
tindakan).
Prosesi ngaku lepat umumnya
diimplementasikan dengan tradisi sungkeman, yaitu seorang anak bersimpuh dan
memohon maaf di hadapan orangtuanya. Dengan begitu, kita diajak untuk memahami
arti pentingnya menghormati orang tua, tidak angkuh dan tidak sombong kepada
mereka serta senantiasa mengharap ridho dan bimbinganya. Ini merupakan sebuah
bukti cinta dan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya begitupun orang
tua kepada anaknya.
Prosesi ngaku lepat pun
tidak hanya berkutat pada tradisi sungkeman seorang anak kepada orang tua,
lebih jauh lagi adalah memohon maaf kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh
hingga masyarakat muslim lainya, dengan begitu umat Islam dituntun untuk
mau mengakui kesalahan dan saling memaafkan dengan penuh keikhlasan yang
disimbolkan dengan ketupat tersebut. Ketupat menjadi simbol “maaf” bagi
masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya nantinya
mereka akan disuguhkan ketupat dan diminta untuk memakannya, apabila ketupat
tersebut dimakan secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah dan
khilaf antar keduanya terhapus.
Untuk istilah laku papat (empat tindakan), masyarakat Jawa
mengartikanya dengan empat istilah, yaitu lebaran,
luberan, leburan, dan laburan.
Lebaran berarti akhir dan
usai, yaitu menandakan telah berakhirnya waktu puasa Ramadhan dan siap
menyongsong hari kemenangan. Sedangkan Luberan bermakna meluber atau melimpah, layaknya air yang tumpah dan
meluber dari bak air. Pesan moral yang dihendak disampaikan dari luberan adalah
budaya mau berbagi dan mengeluarkan sebagian harta yang lebih (luber) kepada
fakir miskin, dengan begitu akan membahagiakan para fakir miskin dan diharapkan
angka mengikis angka kemiskinan yang ada di negara kita. Adapun Leburan berarti
habis dan melebur. Yaitu momen untuk saling melebur dosa dengan saling
memaafkan satu sama lain, dengan kata lain dosa kita dengan sesama dimulai dari
Nol kembali. Yang terakhir adalah Laburan yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur merupakan zat padat
berwarna putih yang juga bisa menjernihkan zat cair, dari ini Laburan dipahami
bahwa hati seorang muslim haruslah kembali jernih nan putih layaknya sebuah
kapur. Karena itu merupakan simbol kejernihan dan kesucian hati yang sebenarnya.
Ketika proses silaturahim
terjalin, terjadi juga hal-hal lain yang berkaitan dengan silaturahim tadi.
Silaturahim dapat terjalin jika terjadi hubungan dan interaksi yang baik pula.
Hubungan yang baik dapat terjalin jika tak ada perselisihan, persengketaan, dan
permusuhan. Selaras dengan Idul Fitri yang bersilaturahim dengan sesama muslim,
budaya pemberian ketupat memungkinkan terjalin komunikasi yang baik antara
pengantar atau pemberi dan penerima ketupat.
Dalam sebuah proses komunikasi,
seseorang harus memiliki motif untuk dapat menjalin komunikasi dengan orang
lain. Sunan Kalijaga telah menerapkan proses komunkasi itu dengan baik. Jika
kita berkunjung ke rumah seseorang dan mengantarkan makanan, maka penerima
makanan tersebut akan senang dan terjalinlah komunikasi antara dua orang
tersebut
Ketupat merupakan lambang
kebersamaan sebab pemberian ketupat pasti dalam jumlah lebih dari satu. Selain
itu, ketupat tersebut diikatkan agar terlihat indah. Pengikatan satu ketupat
dengan ketupat yang lainnya selaras dengan maksud kebersamaan. Terlebih sesama
muslim adalah saudara. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa antara satu muslim
dengan muslim lainnya diibaratkan dengan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh
rusak, maka rusak pulalah anggota tubuh yang lainnya
Demikian pesan moral yang hendak disampaikan Lebaran
ketupat kepada umat Islam, yang semuanya diyakini merupakan tuntunan yang luhur
untuk bagaimana menajdi pribadi yang baik dan luhur di kemudian hari. Ada
istilah ‘sayur tanpa garam akan terasa hambar” Demikian kiranya masyarakat Jawa
memaknai Idul Fitri tanpa Lebaran ketupat, lebaran ketupat merupakan tradisi
baik yang telah lama mengakar kuat dalam benak masyarakat muslim Jawa.
Harapanya tradisi yang telah lama terjaga ini tetap bisa dilestarikan, dengan
begitu mampu menjadi salah satu budaya keislaman yang tidak punah dari tanah
jawa.
Amin. Selamat Berlebaran Ketupat 1434 H.
Dari berbagai sumber.
artikel yg sangat bermanfaat. salam. :)
BalasHapus