Medio Nopember,
Sebelum mencoba berbagi mengenai konsep pelayanan prima, saya ingin
menceritakan sebuah ilustrasi tentang pelayanan. Demikian ceritanya :
Pagi itu pak Amir sedang bersiap-siap untuk pergi ke Badan Kepegawaian Daerah,
karena kata pengelola kepegawaian kecamatan tempat dia bekerja, dengan datang
langsung kesana akan lebih mudah. Hari ini saya akan mengajukan cuti tahunan, saya akan pulang kampung yang
memang butuh waktu agak panjang tepatnya di Sumedang Jawa Barat, dua minggu
lagi, demikian batinnya. Setelah mempersiapkan berkas dan pengantar dari kecamatan
dan persiapan yang dianggapnya perlu, pak Amir bergegas menuju Badan Kepegawaian Daerah.
Dalam perjalanan menuju Badan Kepegawaian Daerah, pak Amir melihat suatu papan
pengumuman di ujung jalan utama Badan Kepegawaian Daerah. Beliau mendekati
papan pengumuman tersebut, ternyata itu adalah papan pengumuman yang berisi
syarat-syarat yang diperlukan untuk mengurus berbagai dokumen yang diperlukan para
Pegawai Negeri Sipil, seperti Kenaikan Pangkat, pengajuan Kartu Pegawai, Kartu
Istri dan berbagai surat keterangan penting lainnya. Badan Kepegawaian Daerah telah berinisiatif untuk memberikan informasi
yang diperlukan para Pegawai Negeri Sipil, sangat membantu sekali, pikir pak
Amir.
Sekali lagi pak Amir memeriksa berkas yang dibawanya sesuai yang tertera di
papan pengumuman, lalu meneruskan langkahnya menuju Badan Kepegawaian Daerah.
Tidak berapa lama pak Amir telah tiba didepan Badan Kepegawaian Daerah.
Bangunan kantor itu cukup besar, dan sudah menggunakan arsitektur yang baru, dan
terlihat jelas bahwa bangunan tersebut dipelihara dengan baik. Dindingnya di
cat putih bersih, sederhana namun terlihat rapi. Halaman kantor ditanami
bunga-bunga berwarna cerah yang tumbuh mekar, seolah menjadi salam selamat
datang, pekarangan disapu dengan bersih, tempat parkir yang teduh menambah
kenyamanan. Pak Amir pun melangkah.
Ketika sampai didepan pintu kantor, terlihat seorang petugas duduk di mejanya.
Petugas itu berdiri menyambut kedatangan pak Amir, tersenyum, dan berkata
“Selamat pagi Pak, Saya Ambar, petugas Badan Kepegawaian Daerah ini, ada yang
bisa Saya bantu Pak ?”. Pak Amir kembali tersenyum dan menjelaskan maksud
kedatangannya.
Sambil tetap tersenyum, Ambar mempersilahkan pak Amir duduk, dan
menanyakan berkas kelengkapan yang diperlukan untuk ijin cuti tahunan nya. Setelah
memeriksa berkas yang dibawa pak Amir, Ambar menjelaskan prosedur yang telah di
tetapkan. “Proses ijin cuti tahunan ini memakan waktu sekitar 45 menit
Pak” lanjut Mira. “Bapak bisa datang kembali atau sebelumnya telepon kami
terlebih dahulu untuk memastikan apakah sudah jadi dan dapat diambil” atau
bapak menunggu di ruangan sebelah, mari Pak”. Ambar mengajak pak Amir keruangan
sebelah.
Ruangan itu tidak terlalu besar, tapi tertata apik. Ada sederetan kursi sofa model lama namun bersih. Di pojok ruangan terlihat
meja kecil, yang diatasnya ada
dispenser berisi air mineral lengkap dengan gelas-gelas plastik
yang tertata rapi. Sebuah televisi menyala,
menampilkan acara salah satu stasiun televisi swasta. Diatas meja tersusun rapi
beberapa majalah dan koran sebagai bahan bacaan. “Silakan Bapak menunggu disini”.
Lengkap dan cukup nyaman ruang tunggu ini pikir pak Amir. Setelah Ambar pergi, pak Amir pun menunggu sambil
menonton televisi.
Tidak
terasa waktu sudah berjalan 45 menit ketika petugas itu datang kembali menemui
pak Amir. “Terima kasih sudah menunggu Pak, ijin cuti tahunan Bapak sudah
selesai kami proses, tolong diperiksa dulu Pak, siapa tau ada kesalahan
penulisan nama atau indentitas lainya Bapak”. Pak Amir pun memeriksa ijin cuti
tahunannya, ternyata tidak ada yang salah dengan ijin tersebut.
“Kalau tidak ada yang salah, ijin cuti tahunan Bapak sudah selesai, ada yang
bisa Saya bantu lagi Pak ?” tanya nya. Pak Amir
mengucapkan terima kasih dan mengatakan sudah tidak ada lagi keperluannya.
“Terima kasih Pak, kalau begitu mari Saya antarkan kedepan, dan jangan
sungkan-sungkan untuk datang kembali, jika Bapak mempunyai keperluan di Badan Kepegawaian Daerah ini ” ucap petugas tersebut sambil tetap tersenyum. Akhirnya
pak Amir pergi meninggalkan Badan Kepegawaian Daerah tersebut sambil tersenyum
dan memuji dalam hati betapa sangat memuaskan sekali pelayanan yang diberikan
oleh Badan Kepegawaian Daerah tersebut.
Bagaimana ? Mungkin itu adalah salah satu gambaran utopis, gambaran sempurna
dari suatu keadaan yang ingin kita capai. Namun menurut saya, kurang lebih
pelayanan prima dapat di ilustrasikan seperti cerita diatas. Pelayanan prima
harus mencakup, paling tidak, tiga aspek. Dari cerita diatas dapat disimpulkan,
Kantor Kepegawaian Daerah telah mengadopsi sistem pelayanan prima. Prima dari
segi sumber daya manusia, dari segi sarana dan pra sarana, serta prima dari
segi sistem kerja (prosedur) yang diterapkan.
Sebelum melangkah lebih jauh, marilah kita tinjau dahulu pengertian dan makna
dari pelayanan itu sendiri. Melayani dapat berarti membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pelayanan dapat diartikan
usaha melayani kebutuhan orang lain. Sehingga tentunya dalam memberikan
pelayanan, tujuan akhirnya adalah memberikan yang terbaik bagi kepuasan pihak
yang dilayani. Apakah ada standar bagi kepuasan itu sendiri ? Semestinya ada,
pelayanan dapat dikatakan sebagai pelayanan prima, apabila usaha yang kita
berikan nilainya lebih besar dari pada standar yang ditetapkan. Sebagai contoh
dari ilustrasi diatas, estimasi waktu yang diberikan adalah 45 menit, tetapi
pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit. Lebih cepat 15 menit bagi
pihak yang menunggu. Berarti dari segi sistem kerja dan prosedur, sudah dapat
dikatakan prima, ada alur kerja yang diikuti, ada batasan waktu yang jelas, dan
ternyata terselesaikan sebelum batas waktu !
Bila kita mencoba melihat sedikit ke belakang, bahwa pada awalnya masyarakat
membuat kontrak sosial untuk membentuk lembaga pemerintahan, dengan tugas law and order (konsep
penjaga malam). Pada tahapan selanjutnya tuntutan agar pemerintah bukan hanya
sebagai penjaga malam, tetapi bertugas untuk kemakmuran rakyatnya (welfare state). Konsep
kemakmuran berakar dari, bagaimana Negara berupaya melakukan usaha-usaha
pemerintahan melalui pembangunan dan pemerataan. Jadi keberadaan pemerintah
adalah untuk melindungi dan mensejahterakan masyarakatnya. Kesejahteraan itu
sendiri biasanya diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI) dengan
indikator utamanya penghasilan, kesehatan, dan pendidikan. Sehingga tidak mengherankan bila pemerintah selalu berusaha menitik
beratkan pembangunan pada tiga sektor ini. Sehingga untuk meningkatkan HDI
dilakukan melalui pelayanan publik (umum) yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Pelayanan publik (umum) adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Kepmenpan
63/KEP/M.PAN/7/2003). Dalam hal ini yang menjadi penyelenggara
pelayanan publik tentu saja instansi pemerintah. Pemberi pelayanan publik
adalah pejabat/ pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi
pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan penerima
pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum.
Sehingga sudah menjadi tugas semua aparat pemerintah, untuk memberikan
pelayanan publik.
Konsep pelayanan prima sendiri bukanlah suatu konsep yang benar-benar baru.
Namun pada pelaksananannya masih terkesan sedikit terkendala. Pemerintah terus
membenahi sistem kerja maupun menciptakan terobosan-terobosan baru dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sebut saja misalnya, apa yang sekarang
disebut e-government
(e-gov), pemerintah, baik pusat maupun daerah, telah berusaha
mengadopsi teknologi dan diterapkan dalam sistem pemerintahan untuk mempermudah
dan memotong birokrasi yang selama ini lebih kompleks. Atau yang sekarang
sedang hangat dibicarakan, pembentukan Unit Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Atap (UPPTSA). Salah satu tujuan pembentukan UPPTSA
adalah untuk menciptakan satu unit kerja di bidang pelayanan perijinan kepada
masyarakat yang lebih baik, dengan prosedur yang lebih cepat, terjangkau, dan
dengan birokrasi yang lebih sederhana. Hal ini merupakan satu langkah yang
sangat bijak, dan menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam meningkatkan
pelayanan publik yang prima kepada masyarakat.
Pelayanan prima berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik.
Pelayanan terbaik dari pemerintah kepada masyarakat. Merupakan suatu sikap dari
aparat pemerintah dalam melayani masyarakat secara memuaskan. Pelayanan prima
dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak, baik masyarakat, pegawai, maupun
pemerintah atau Negara.
Pelayanan prima sangat terkait dengan tingkat kepuasan masyarakat yang
dilayani. Dalam hal ini kepuasan berarti tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan, dengan harapannya. Jika kinerja di bawah harapan, maka masyarakat kecewa. Jika kinerja sama
dengan harapan, masyarakat puas. Sedangkan jika kinerja melebihi harapan, masyarakat
akan sangat puas (prima).
Untuk menerapkan pelayanan prima, harus diciptakan dahulu hal-hal yang menjadi
standar pelayanan prima. Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki
standar pelayanan. Standar ini harus dipublikasikan sebagai jaminan adanya
kepastian bagi penerima layanan (masyarakat). Standar pelayanan merupakan
ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan, wajib ditaati oleh
pemberi dan penerima pelayanan.
Petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat, berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.
Dengan adanya standar, kita dapat mengetahui kualitas
layanan yang diberikan. Hal ini menjadi penting sebagai bahan untuk koreksi
diri (self correction) dan untuk pengembangan secara terus menerus.
Pelayanan prima bukanlah suatu sistem kerja yang tidak mungkin dicapai.
Pelayanan prima dapat dicapai, apabila kita berorientasi pada kepuasan
masyarakat, obsesi terhadap mutu pelayanan yang diberikan. Diperlukan komitmen
jangka panjang dari semua pihak untuk menciptakan apa yang disebut budaya
pelayanan prima. Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas
pengetahuan aparatur. Kerjasama tim dan semangat tidak cepat untuk puas.
Perbaikan, baik sistem prosedur kerja, maupun sarana secara berkesinambungan.
Demikian banyak aspek yang harus kita benahi. Oleh karena itu, sebagai langkah
pertama, marilah kita semua bersama-sama berkomitmen untuk memberikan pelayanan
terbaik bagi masyarakat. Lakukanlah hal-hal terbaik ditempat kita bertugas,
karena kita semua mempunyai tanggung jawab moral, baik kepada Tuhan,
masyarakat, dan diri sendiri, selaku aparatur pemerintah, untuk ikut membangun
dan mensejahterakan masyarakat melalui bidang kita masing-masing.
Marilah kita coba lakukan sebuah perjalanan menuju komitmen,sebagai berikut
:
1. MAKNA DARI KOMITMEN
Komitmen seperti
halnya motivasi, bukanlah sesuatu hal yang bisa kita amati secara langsung.
Kita mengartikannya bahwa hal itu timbul dari apa yang dikatakan dan dilakukan
orang. Paling sedikit ada dua jenis perilaku yang mencirikan komitmen pegawai. Pertama, pegawai nampaknya memusatkan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaannya. Kedua, yang berkaitan kemauan mereka untuk melakukan pengorbanan
pribadi untuk mencapai tujuan tim atau tujuan organisasi mereka.
Pusat
perhatian / Fokus :
Setiap pegawai yang
merasakan terikat di dalam organisasi, maka yang bersangkutan akan menaruh
perhatian untuk setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan oleh karena
itu tidak jarang ia begitu menunjukkan perubahan dalam berperilaku. Dengan
pikiran diatas, maka salah satu dari hal yang kita maksudkan dengan orang yang
mengemban peran ialah bahwa mereka mempunyai suatu focus / pusat perhatian.
Terkadang fokus ini sedemikian mencekamnya sehingga nampak seorang mereka
berada pada keadaan seperti menderita karena pemandangan di terowongan. Bila
kita mepertanyakan mengenai “apa pendapat anda mengenai kualitaskah yang paling
penting ataukah atribut yang berkaitan pengembanan yang harus dimiliki Seorang
Kepala Seksi agar bisa berhasil ?” Seluruh mereka mengatakan bahwa para Kepala
Seksi harus yakin bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang paling penting
di dalam Satuan Kerja / instansi tersebut. Dan bilamana mereka kehilangan
komitmen mereka terhadap tujuan mereka sendiri atau mempertanyakan nilai
kepentingan maka mereka akan menjadi rugi. Akan tetapi orang biasanya adalah
terlebih dahulu diembankan terhadap kualitas. Sistem tidaklah menghasilkan
kualitas, oranglah yang menghasilkannya. Mereka bisa mnghasilkannya walaupun
sistemnya buruk. Mereka bisa memproduksinya bila manajemennya dan supervisinya
tidak buruk. Peranan dari manajer adalah untuk membebaskan orang sehingga
mereka bisa melakukan komitmen mereka terhadap kualitas tanpa adanya rasa takut.
Jadi fokus yang merupakan sifat dari komitmen biasanya adalah mengakibatkan
adanya kualitas
Pengorbanan
Pribadi :
Kemungkinan seseorang
yang yakin bahwa ukuran kekuatan dari komitmen adalah bagaimana tingkat kemauan
seseorang untuk melakukan pengorbanan pribadi untuk memenuhi komitmen. Tentu
saja ada batasnya di dalam derajat pengorbanan tersebut dan bisa dilakukan
seseorang. Akan tetapi penting untuk meramalkan bagaimana keadaan batas
tersebut. Suatu slogan yang melukiskan hubungan antara komitmen dan pengorbanan
adalah dijelaskan oleh seorang bermain sepak bola. Dia mengatakan bahwa salah
satu dari ketentuan paporit adalah bilamana anda tidak bisa bermain keras maka
ada tidak bisa akan main. Keluhan2 yang saya dengar diutarakan para manajer
(Kepala Seksi) paling sering adalah mengenai fungsi pelayanan dan fungsi
administrasi di dalam organisasinya ialah bahwa orang di dalam fungsi tersebut
tidak komitet sampai pada garis dasarnya dan mereka tidak memiliki gambaran
besarnya. Manajer tersebut kemungkinan adalah benar tetapi mereka tidak melihat
pertangungjawabannya sendiri terhadap permasalahan itu. Bagaimana caranya
mereka merasakan komitmen terhadap tugas pelayanan yang dilakukan oleh
perusahaan bilamana mereka tidak mempunyai keterkaitan terhadapnya ? Dalam
organisasi yang sama suatu peringatan yang sering terjadi dari manajer ialah :
saya tidak pernah melihat orang menyerahkan catatannya dengan tepat waktu.
Manajer tersebut mengeluh mengenai kurangnya komitmen tetapi bagaimana caranya
mereka bisa mengharapkan komitmen dari orang yang diminta melaksanakan tugas
yang hanya seperti menjadi pembantu didalam kegiatan organisasi yang di
jalaninya? Makna dari contoh tersebut ialah bahwa bila kita ingin orang
mengemban bersama komitmen yang sama tentang tujuan perusahaan dan
organisasinya maka kita harus membuat mereka sadar apa adanya tujuan tersebut.
Komitmen adalah lanjutan dari makna. Suatu tugas hanyalah merupakan tugas
sampai seseorang mengidentifikasi hal itu dan melihat maknanya untuk apa
seseorang berbuat, selanjutnya hal itu menjadi komitmen. Orang tidaklah
melakukan pengorbanan kecuali apa yang mereka lakukan mempunyai arti. Orang
butuh menghubungkan apa yang mereka lakukan terhadap sesuatu keseluruhan yang
lebih luas. Didalam pekerjaan orang butuh mengenai cara mereka
berkonstribusi terhadap keberhasilan organisasi mereka. Ringkasnya, komitmen
adalah nyata di dalam fokus dimana orang menunjukkan untuk mengemban mencapai
tujuan dan ukuran yang paling pasti dari komitmen ialah didalam hal pengorbanan
pribadi dimana orang mau melakukannya untuk mencapai tujuan tersebut.
2. MEMBANGUN KOMITMEN
Bilamana sesuatu
tugas utama dari manajer (Kepala Seksi) adalah untuk menciptakan komitmen dan
memusatkannya pada staff, maka manajer tersebut harus mempunyai pemikiran yang
jelas tentang komitmen dan tujuan komitmen tersebut.
Memandang komitmen
sebagai suatu bangunan yang ditopang oleh empat tiang, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Kejelasan, sebagai tiang pertama :
Perencanaan strategi
yang formal dan sangat jelas haruslah menjadi serangkaian aktivitas yang umum
terjadi di dalam organisasi. Perencanaan strategi (bilamana hal itu efektif)
adalah melakukan paling sedikit dua hal : Hal itu memperjelas apa yang dimaksud
organisasi untuk dilakukan dan memperjelas apa yang dimaksudkan organisasi
dalam bentuk arti keberadaannya. Perencanaan yang efektif bisa dilakukan pada
setiap tingkat organisasi. Anda pernah melihat organisasi dalam perencanaan
strateginya hanyalah dilaksanakan sebagai basa basi pada bagian puncaknya sehingga
supervisi tingkat pertama melakukan muatannya sendiri. Anda melihat struktur dalam
organisasi dimana nilai2 kerjasama dan loyalitas yang satu dengan yang lainnya
adalah mendalam di samping adanya ketidak hadiran mereka didalam pengembangan
organisasi yang lebih luas. Agar komitmen di dalam pekerjaan menjadi timbul,
seorang karyawan haruslah mempunyai suatu fokus. Fokus tercipta dengan cara
mengkomunikasikan tujuan strategi dengan nilai2 inti dari organisasi ke bawah
melalui masing2 tingkatan. Pada masing2 tingkatan tujuan tersebut dan nila2nya
haruslah dijabarkan kedalam pekerjaan dan keputusan2 dari masing2 manajer dan
karyawan. Oleh karena itu, tidaklah mungkin mengadakan perhitungan yang mendalam
tentang pentingnya membentuk dan mengkomunikasikan nilai2 dari organisasi. Sama
tidak mungkinnya untuk mengukur kerugian di dalam pelaksanaan yang terjadi
bilamana nilai2 tidak dikomunikasikan dan yang lebih buruk lagi bila dikomunikasikan
tetapi tidak dilaksanakan. Tanpa ada kejelasan strategi tidak mungkin terdapat
fokus dan tanpa adanya fokus maka tidak akan terdapat komitmen.
Kompetensi, sebagai tiang kedua :
Terdapat dua unsur
dimana para manajer harus membangun kompetensi dari karyawan :
• Mereka harus menjamin bahwa karyawannya mempunyai penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk melaksanakan tugasnya.
·
Mereka harus yakin
bahwa karyawannya mempunyi kepercayaan diri untuk melaksanakan tugasnya.
Beberapa para manajer
keberatan terhadap pemikiran bahwa mereka harus bertanggung jawab untuk
mengembangkan pegawai. Mereka mengatakan bahwa: Hal itu adalah
pertanggungjawaban mereka untuk mengembangkan diri mereka sediri, termasuk pada
waktu-waktu perusahaan mengharuskan mereka melakukan tugasnya dan bila mereka ingin
mempelajari suatu hal, maka mereka bisa melakukannya di dalam waktu mereka
sendiri.
Sesuatu hal yang tak
dapat disangkal bahwa individu mempunyai pertanggungan jawaban akhir untuk
mengembangkan diri mereka sendiri. Hal tersebut bukanlah menguatkan bahwa
seluruh sumber didalam organisasi haruslah memperbaharui kembali diri mereka
sendiri atau teknologi haruslah memperbaiki diri sendiri.
Para manajer yang
membantu karyawannya meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya, termasuk juga membangun komitmen dari karyawan tersebut terhadap
pelaksanaan yang superior dan pelaksanaan yang tangguh.
Bagaimana caranya
untuk membangun kompetensi ? Dengan jelas adalah latihan yaitu latihan di ruang
kelas, latihan di tempat tugas, studi banding dsb. Beberapa organisasi ada yang
mempunyai program latihan secara luas atau program pengembangan pengajaran.
Jadi dengan pelatihan
merupakan suatu cara mengadakan dukungan dan pemantapan pada karyawan yang
melakukan suatu tugas yang baru, sehingga dengan pelatihan adalah memperlancar
pelajaran karena hal tersebut memerlukan waktu dan dipusatkan pada hal-hal
nyata apa yang perlu diketahui oleh masing-masing karyawan.
Pengaruh, sebagai tiang ketiga :
Pengaruh adalah
perhatian ketiga dari komitmen. Karyawan tidak mempunyai pelaksanaan yang hampir
mendekat sempurna, mereka secara konsisten menolak sesuatu input didalam
pekerjaannya dan berharap untuk mengikuti dengan tanpa bertanya terhadap keputusan
dari pimpinannya.
Dengan memperluas
pengaruh terhadap karyawan akan bisa terjadi komunikasi terhadap program yang
di jalankan sehingga terjadi sebuah progam yang lebih baik dari sebelumnya. Kadang
hal itu bisa juga dapat dilaksanakan dengan cara kelompok kecil dan tim khusus
umpanya lingkaran kualitas, tim produksi, dan gugus penasehat. Hal itu bisa
diperluas melalui pembicaraan yang informal dan pembicaraan sewaktu bekerja
yang manajer lakukan bersama dengan bawahannya.
Untuk melukiskan
bagaimana pentingnya pengaruh di dalam mengembangkan komitmen karyawan menuju
perbaikan dan ketangguhan, pelaksanaan superior, pikirkanlah mengenai
organisasi dimana para anggotanya memiliki pengaruh yang paling kecil.
Suatu cara untuk
membantu para manajer adalah memulai untuk memperluas pengaruh terhadap bawahan
yang didasarkan pada model yang diperlihatkan di dalam tabel dibawah ini,
terdapat tiga buah bidang pengaruh di dalam setiap bidang, sebagai berikut :
Peluang Untuk
Memperluas Pengaruh Pegawai :
1. Innovation 2.
Planning 3. Problem solving
Inovasi :
Inovasi adalah proses
pengembangan dan penerapan pemikiran yang baru. Manajer melibatkan bawahan dan
karyawan pendamping di dalam proses inovasi melalui hal berikut :
·
Mengadakan input artinya mendorong mereka
untuk menampilkan pemikiran yang baru.
·
Membuat keputusan
arinya mengijinkan mereka untuk membantu memutuskan pemikiran yang mana yang
akan iuji atau dikembangkan.
·
Penerapan artinya
membantu mereka untuk memperoleh dukungannya untuk pemikiran yang baru
tersebut.
Hal yang dikemukakan
diatas memerlukan disiplin untuk mendorong pemikiran yang baru.
Perencanaan :
Para manajer juga
bisa memperluas kesempatan dari para bawahan dan karyawan pendamping untuk
berpartisipasi didalam berbagai macam proses perencanaan dari organisasi,
umpamanya perencanaan kerja, perencanaan anggaran, merencanakan perubahan
organisasi, membuat tujuan kelompok kerja dan sebagainya. Bawahan dan karyawan
pendamping bisa dilibatkan didalam tiga buah cara :
·
Mengadakan input
artinya mengembankan mereka menyediakan informasi, data dan anjuran mengenai
anggaran, tujuan tim, perubahan terencana, dan sebagainya.
·
Pembuatan keutusan
artinya berpartisipasi didalam memutuskan mengenai difinisi persoalan, mengenai
persoalan yang mana yang akan diselesaikan dan sebagainya.
·
Penerapan artinya
merancang penyelesaiannya, mengemban dan mengevaluasi strategi dan sebagainya.
Pelatihan adalah
kunci penting untuk memperluas pengaruh karyawan. Di dalam pembicaraan
pelatihan mereka bersama karyawan, manajer mengijinkan karyawan secara aktif
mengidentifikasi kebutuhan mereka sendiri dan membantu membentuk cara-cara
kebutuhan tersebut agar terpenuhi. Pelatihan bisa melibatkan karyawan didalam
menyusun harapan pelaksanaan mereka sendiri dan tujuan karir kerja mereka
sendiri.
Hal itu bisa secara
aktif mengembankan mereka didalam menemukan cara-cara untuk memperbaiki
pekerjaan mereka dan pelaksanaan mereka.
Apresiasi / Penghargaan sebagai tiang keempat :
Kaki yang keempat
yang mendukung komitmen adalah apresiasi, oleh karena itu bagi seorang manajer
yang berpendidikan akan mengatakan kepada anda mengenai dari mana saya berasal,
apresiasi yang anda peroleh untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik ialah
bahwa anda perlu menjaga pekerjaan anda. Komitmen terhadap pelaksanaan yang
unggul / superior ialah merupakan suatu fungsi dari kejelasan, kompetensi,
pengaruh dan apresiasi.
Pertanyaannya adalah
bagaimana cara pengembanan apresiasi tersebut (terutama sesuatu yang bersifat
informal) sehingga mereka mempunyai pengaruh yang maksimum. Tentu saja kita
perlu mengetahui pelaksanaan yang terbaik. Pencapaian tugas yang mempunyai arti
lebih luas dari sekedar melakukan suatu pekerjaan dengan baik.
Cara lainnya (kedua)
untuk meningkatkan apresiasi adalah membuatnya dapat diketahui banyak orang,
sehingga ia merasa dihargai dalam organisasi dengan demikian akan memberikan
daya dorong kepada yang bersangkutan untuk memberikan konstribusi dalam
pekerjaannya menjadi lebih baik.
Cara yang ketiga
untuk menambahkan arti terhadap apresiasi ialah dilakukan hal-hal secara
kreatif atau bahkan secara gigih. Seorang eksekutif menyerahkan suatu tanda
penghargaan dengan suatu piagam penghargaan dengan tanda terima kasih yang dituliskanya
dengan tangan.
Dari uraian yang
telah dikemukakan diatas, maka kejelasan, kompetensi, pengaruh dan apresiasi
tersebut terdapat pada tempat kerja akan memberikan daya dorong dalam memajukan
pegawai yang telah memusatkan perhatiannya dan kemauan berkorban untuk
membangun komitmen.
4. KESIMPULAN
Pertama :
Komitmen dari karyawan adalah kunci penting terhadap pelaksanaan organisasi
yang terbaik. Komitmen adalah dibuktikan oleh 1) Berpikiran tunggal,
perilaku terpusat ; 2) Kemauan untuk berkorban karena sebab tersebut.
Kedua :
Komitmen adalah didukung oleh 1) Kejelasan mengenai tujuan dan nilai-nilai ; 2)
Kompetensi dari karyawan yang memungkinkan keberhasilan ; 3) Derajat pengaruh
yang dimiliki karyawan dan ; 4) Apresiasi yang dinyatakan untuk diberikan kepada
karyawan karena konstribusinya / sumbangannya.
Hidup adalah pilihan, diam atau menuju perubahan. Kini semuanya kembali
terpulang kepada kita semua, apakah kita mau untuk berkomitmen dan memberikan
pelayanan terbaik sebagai abdi Negara ? Atau kita hanya akan bekerja sebagai seorang aparatur yang biasa-biasa saja
?
DIRGAHAYU KORPRI......selalu ada di kiri dadaku