Senin, 10 Desember 2012

BELAJAR DARI PERISTIWA (catatan atas sebuah waktu di sore hari bersama anakku) 101212




Catatan ini ku tulis setelah anakku HAIDAR “kepenthok” kayu dipan hingga berdarah. Teriak keras dan menangis membuat kaget seluruh isi rumah. “Ya Allah , pak!!!!” histeris isteriku melihat peristiwa yang begitu cepat terjadi. “Ku diam tak berkata apa apa…yang bisa ku lakukan segera ku ambil betadin dan kapas untuk menyeka darah dan mengantisipasi awal luka. “dengan sederetan kata nasehat dan ungkapan himbauan atas kecerobohanku dalam menjaga anakku”…” ya” sambil ku menata hati untuk tetap tegar dalam penyesalan yang mendalam..” ku dekap anakku, “sehat ya nak, maafkan bapak”…kataku lirih. ”ya pak besok bapak harus memperhatikan aku ya…jangan di “sambi” baca Koran…aku di jaga ya pak…..” sambil terisak isak kesakitan anakku berkata. Memang sebuah penyesalan terjadi setelah peristiwa…ya kita harus belajar..
Pembelajaran ini bagi saya adalah adalah hantaman palu godam yang keras menghujam ke dadaku begitu keras dan kuat. Ya aku harus belajar dari sebuah peristiwa. Ku janji akan terus menjagamu nak…KU ADA SAAT ENGKAU BUTUHKAN AKU…

Ku sadar karena kehadiran anak dalam keluarga merupakan sebuah pelengkap kebahagiaan dalam bahtera rumah tangga kita. Namun bila terjadi peristiwa seperti itu penyesalan tida guna, namun harus jadi pelajaran berharga. Akupun tahu bahwa ada di satu sisi yang lain, banyak sekali pasangan suami istri yang sangat mendambakan anak, tetapi masih juga belum Allah berikan kesempatan untuk memegang amanah mulia tersebut. Maka anak harus kita jaga.
Teringat waktu lampau aku sebagai suami yang sedang berbahagia karena kehamilan istri tercinta, ehm Aku yang sedang sedikit stress karena menghadapi istri yang rewel karena ngidam, atau saat sedang menanti saat-saat hari kelahiran tiba, sebagai suami yang paling berbahagia dalam menyambut saat-saat itu. Karena ternyata Aku dipercaya untuk menjaga amanah tersebut, karena tidak setiap pasangan bisa seperti ini. Kebahagiaan dalam menyambut si kecil keturunan dan generasi kita yang akan melanjutkan perjuangan kita, penerus riwayat keturunan kita.
Anakku yang terkasih Bapak bersyukur kepada Tuhan ketika ia menitipkan kalian untuk membesarkan dan merawat kalian.Awalnya aku sempat ragu dan takut mengemban tugas seorang bapak, aku hampir mundur pada masa itu. Bapak merasa begitu berat untuk melaksanakan tanggung jawab yang sangat besar itu. Namun, bapak berdoa kepada Tuhan. Aku meminta Tuhan menguatkan hatiku. Aku memohon Tuhan memberikan aku anak-anak yang bisa tumbuh bersamaku dan sampai aku tiada nanti.

Anak adalah titipan dari Allah yang harus kita jaga sebaik mungkin, karena anak adalah investasi masa depan kita. Bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Bukankah anak yang soleh akan menjadi penyebab orang tua masuk surga? Oleh karena itu mulailah menjaga si kecil dari sejak dalam kandungan hingga ia lahir, beranjak besar hingga ia dewasa nanti.

Ku sadar tugas orang tua tidak hanya memberi anak semua kebutuhan dunianya semata, tapi wajib bagi orang tua untuk memberikan anak semua kebutuhan ukhrawinya. Mengajarinya Islam yang benar, mengenal Allah dan Rasul-Nya dan melaksanakan semua perintah dan larangan-Nya. Anak ibarat kertas polos yang siap dicorat-coret oleh orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua ibaratnya sebuah pena yang akan menuliskan apa saja yang orang tuanya mau.
Anakku yang terkasih, Waktu demi waktu berlalu,didalam kekuranganku,aku sangat merindukan kalian.Aku menyadari bahwa aku masih sangat terbatas, kadang aku lembut,kadang aku marah,dan terkadang itu semua hanya bikin kalian jd sengsara.Saat ini"Saya tidak tahu apakah saya bisa,namun saya tahu saya akan berusaha"untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Anakku yang terkasih, bapak senang ketika melihat beberapa diantara kalian mulai tumbuh besar. Tapi,maafkan aku ketika kurang mengapresiasi pertumbuhan kalian ini. Aku senang melihat atau mendengar diantara kalian yang selalu menyapaku tiap kali bertemu. seringkali aku sedih,ketika aku memikirkan kalian. Aku sering menyalahkan diriku sendiri atas setiap apa yang terjadi atas hidup kalian.Aku kadang tidak sabar menunggu waktu, melihat kalian benar-benar sudah tumbuh dan dewasa. Aku merasa sudah seperti orangtua, yang senantiasa memikirkan kehidupan anak-anaknya dan ingin kalau anak-anaknya bisa hidup lebih baik. Kenapa aku begitu memikirkan kalian? Aku sadar,ternyata aku begitu mengasihi kalian. Terkadang aku ingin menghilangkan rasa itu, tapi aku telah terlanjur mengasihi kalian.

Anakku yang terkasih, Aku ingat dulu Kita tertawa bersama,makan bersama dan semuanya penuh dengan senang hati. aku begitu merindukan kalian.

Maafkan aku jika sampai saat ini masih belum bisa memberikan yang terbaik buat kalian.Semoga Tuhan selalu melindungi kita memudahkan rezeki kita, dan selalu memberi kita kesehatan.
Ku berjanji mulai sekarang menjadi orang tua yang baik untuk anak kita. Menjadi contoh dan teladan yang baik bagi buah hati kita. Dan mengantarkan mereka ke dalam kebaikan dan kemuliaan sebagaimana anak-anak di jaman Rasulullah yang selalu dididik dengan didikan Islam yang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.ku akan mulai dari sekarang atau tidak sama sekali.
(terima kasih, isteriku atas pemahamanmu…anakku RIZQY BAHTIAR HP, RIZQY HAIDAR YM, SEKAR AYU RA…cintaku setulusnya untuk kalian)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar