Jumat, 19 Juli 2013

JANGAN BERTERIAK, NAK (catatan keributan kecil di pagi hari...)

tantrum_zps57648814

"Pusing" itulah kalimat yang sering terdengar dari mulut ibunya di saat semua nak anakku pada ribut, ndak Rizqy(anak pertamaku) ndak Haydar (anak keduaku) atau bahkan si Sekar (anak ketiga ku). Semua ndak bisa di atur karena bicara keras sehingga saling berteriak antara satu dan lainnya karena ingin di perhatikan dan merasa benar. Memang ini tidak berlangsung lama namun cukup membuat saya dan istri kerepotan juga. yah namanya anak anak. kalimat itulah yang membuat jadi longgar tentang anak berteriak dalam berbicara.

Namun semua bisa teratasi dengan kelembutan ibunya untuk merayu mereka , anak-anakku. Kemarin sempat baca di sebuah artikel di salah satu blog yang membuat inspirasi bagi kami untuk bisa lebih baik lagi. dalam mengasuh anak. Semoga dan trus berupaya menjadi keluarga yang bisa saling berbagi dalam komunikasi tanpa teriakan,antara lain sebagai berikut penyelesainya .

Kali ini, saya ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebiasaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.
Inilah yang mereka lalukan, jadi tujuannya supaya pohon itu mati. Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu.
Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan.
Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya.
Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati. Nah, sekarang, apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini? Ooow, sangat berharga sekali! Yang jelas, ingatlah baik-baik bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.
Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda?
Ayo cepat!
Dasar lelet!
Bego banget sih! Begitu aja nggak bisa dikerjakan?
Jangan main-main disini!
Berisik!
Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati?
Saya nyesal kawin dengan orang seperti kamu tahu nggak!
Bodoh banget jadi laki/bini nggak bisa apa-apa!
Aduuuuh, perempuan kampungan banget sih!?
Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya:
Stupid, soal mudah begitu aja nggak bisa! Kapan kamu jadi pinter?!
Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesal,
Eh tahu nggak?! Karyawan kayak kamu tuh kalo pergi aku kagak bakal nyesel!
Ada banyak yang bisa gantiin kamu!
Sial! Kerja gini nggak becus? Ngapain gue gaji elu?
Ingatlah! Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai.. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.
Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa yang Anda harapkan. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan? Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter. Mudah menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak!
Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang dimarahi kerena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.
Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda ingin segera membunuh roh orang lain ataupun roh hubungan Anda, selalulah berteriak. Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan semakin dijauhi. Ataupun Anda akan mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.
Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai, tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan kita.
Mungkin banyak yang masih harus di perbaiki dalam tindakan kami sebagai orang tua, tapi semoga catatan kecil ini bisa jadi pengingat bahwa kita perbaiki diri orang tua , insya alloh anak anak kita pun akan mengikuti bahkan menjadi luar biasa, Semoga.
Sebuah janji hati, pesanku "Anakku tanpa teriak pun tujuan bisa kita capai dan SUKSES !!!!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar