Rabu, 27 Maret 2013

DEMAK SEMAKIN SEJAHTERA (Catatan kecil tentang Hari Jadi Kabupaten Demak ke 510)


@ berhenti sejenak dan berfikir…

Gaung hari jadi telah berakhir hari ini…tepat setelah upacara di Alooon Alooon Demak, bertema Dengan Semangat Hari Jadi Kabupaten Demak ke 510 Kita Tingkatkan Motivasi Membangun di Segala Bidang Menuju Masyarakat Demak yang Semakin Sejahtera. Hadiah di serahkan, juara sudah ditatapkan…lalu bagaimana dengan semangat yang di tetapkan, harusnya terus berkobar di segala bidang. Tema yang luar biasa ini kalau di jadikan sebagai motivator maka tidak akan pernah mundur kebelang menuju perbaikan perbaikan. Bagaimana dengan kondisi kita? Kita harus bersikap maksimalkan tuga sesuai dengan bidang tugas masing – masing….maka motivasi membangun akan terus berjalan sesuai dengan yang di harapkan.

Catatan ini saya buat setelah sesaat selesai upacara dan pengin membuat catatan kecil tentang Hari Jadi Kabupaten Demak yang tiap tahun di rayakan sebagai wujud Cinta Kabupaten Demak;

Catatan pertama
ini berawal dari sejarah tentang Kabupaten Demak, bisa dilihat di demakkab.go.id.  
Kurang lebih 6 (enam) abad silam, berdasarkan letak geografisnya, kawasan yang bernama Demak ternyata tidak terletak di pedalaman yang jaraknya lebih kurang 30 km daribibir laut Jawa seperti sekarang ini. Kawasan tersebut pada waktu itu berada di dekat Sungai Tuntang yang sumbernya berasal dari Rawa Pening.

Geografi kesejarahan mengenai kawasan Demak dapat pula dibaca di buku Dames, yang berjudul “The Soil of East Central Java” (1955). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Demak dahulu terletak di tepi laut, atau lebih tepatnya berada di tepi Selat Silugangga yang memisahkan Pulau Muria dengan Jawa Tengah.

Mengenai ekologi Demak, DR.H.J. De Graaf juga menulis bahwa letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Hal ini disebabkan karena selat yang ada di depannya cukup lebar sehingga perahu dari Semarang yang akan menuju Rembang dapat berlayar dengan bebas melalui Demak. Namun setelah abad XVII Selat Muria tidak dapat dipakai lagi sepanjang tahun karena pendangkalan.

Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Demak. Hal ini merujuk pada peristiwa penobatan Raden Patah menjadi Sultan Bintoro yang jatuh pada tanggal 12 Rabiulawal atau 12 Mulud Tahun 1425 Saka (dikonversikan menjadi 28 Maret 1503).

Dalam Babat Tanah Jawi, tempat yang bernama Demak berawal dari Raden Patah diperintahkan oleh gurunya (Sunan Ampel) agar merantau ke Barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung hutan/tanaman Gelagah Wangi letaknya berada di Muara Sungai Tuntang yang sumbernya berada di lereng Gunung Merbabu (Rawa Pening).

Menurut Prof. Soetjipto Wirjosoeprapto, setelah hutan Gelagah Wangi ditebang dan didirikan tetrukan (pemukiman), baru muncul nama Bintoro yang berasal dari kata bethoro (bukit suci bagi penganut agama hindu). Pada kawasan yang berada di sekitar muara Sungai Tuntang, bukit sucinya adalah Gunung Bethoro (Prawoto) yang sekarang masuk daerah Kabupaten Pati.

Menurut beberapa sumber lain menyebutkan bahwa nama bintoro diambil dari nama pohon Bintoro yang dulu banyak tumbuh di sekitar hutan Gelagah Wangi. Ciri-ciri pohon Bintoro mulai dari batang, daun dan bunganya mirip dengan pohon kamboja (apocynaceae), hanya saja buahnya agak menonjol seperti buah apel.

Ada beberapa pendapat mengenai asal nama kota Demak, diantaranya :
§  Prof.DR. Hamka menafsirkan kata Demak berasal dari bahasa Arab “dama” yang artinya mata air. Selanjutnya penulis Sholihin Salam juga menjelaskan bahwa Demak berasal dari bahasa Arab diambil dari kata “dzimaa in” yang berarti sesuatu yang mengandung air (rawa-rawa). Suatu kenyataan bahwa daerah Demak memang banyak mengandung air; Karena banyaknya rawa dan tanah payau sehingga banyak tebat (kolam) atau sebangsa telaga tempat air tertampung. Catatan : kata delamak dari bahasa Sansekerta berarti rawa.
§   Menurut Prof. Slamet Mulyono, Demak berasal dari bahasa Jawa Kuno “damak”, yang berarti anugerah. Bumi Bintoro saat itu oleh Prabu Kertabhumi Brawijaya V dianugerahkan kepada putranya R. Patah atas bumi bekas hutan Gelagah Wangi. Dasar etimologisnya adalah Kitab Kekawin Ramayana yang berbunyi “Wineh Demak Kapwo Yotho Karamanyo”.
§  Berasal dari bahasa Arab “dummu” yang berarti air mata. Hal ini diibaratkan sebagai kesusahpayahan para muslim dan mubaligh dalam menyiarkan dan mengembangkan agama islam saat itu. Sehingga para mubaligh dan juru dakwah harus banyak prihatin, tekun dan selalu menangis (munajat) kepada Allah SWT memohon pertolongan dan perlindungan serta kekuatan.
Demak merupakan Kasultanan ketiga di Nusantara atau keempat di Asia Tenggara. Ibukotanya Demak yang sekaligus digunakan sebagai pusat pemerintahan dan pusat penyebaran agama Islam yang diprakarsai oleh para Wali (Wali Songo).

Ketika orang Portugis datang ke Nusantara, Majapahit yang agung sudah tidak ada lagi. Menurut catatan pada tahun 1515 Kasultanan Bintoro sudah memiliki wilayah yang luas dari kawasan induknya ke barat hingga Cirebon. Pengaruh Demak terus meluas hingga meliputi Aceh yang dipelopori oleh Syeh Maulana Ishak (Ayah Sunan Giri). Kemudian Palembang, Jambi, Bangka yang dipelopori Adipati Aryo Damar (Ayah Tiri Raden Patah) yang berkedudukan di Palembang; dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan, Kotawaringin (Kalimantan Tengah). Menurut hikayat Banjar diceritakan bahwa masyarakat Banjar dulu yang meng-islam-kan adalah penghulu Demak (Bintoro) dan yang pertama kali di-islam-kan adalah Pangeran Natas Angin yang kelak dimakamkan di Komplek Pemakaman Masjid Agung Demak. Di daerah Nusa Tenggara Barat perkembangan agama Islam dipelopori oleh Ki Ageng Prapen dan Syayid Ali Murtoko, adik kandung Sunan Ampel yang berkedudukan di Bima.

Pada masa Kasultanan Demak diperintah oleh Sultan Trenggono, wilayah nusantara benar-benar dapat dipersatukan kembali. Terlebih lagi dengan adanya Fatahillah, Putera Mahkota Sultan Samodera Pasai yang menjadi menantu Raden Patah. Dialah yang berhasil mengusir orang-orang Portugis dari kota Banten dan berhasil menyatukan kerajaan Pasundan yang sudah rapuh. Dengan demikian seluruh pantai utara Jawa Barat sampai Panarukan Jawa Timur (1525-1526) dikuasai oleh Kasultanan Bintoro. Sementara itu Kediri takluk pada tahun 1527 yang berturut-turut kemudian diikuti oleh kawasan yang ada di pedalaman. Sampai akhirnya Blambangan yang letaknya berada di pojok tenggara Jawa Timur menyerah tahun 1546. Disinilah Sultan Trenggono gugur di medan pertempuran ketika berhadapan dengan Prabu Udoro (Brawijaya VII).

Catatan kedua

Analisa salah satu putera Demak di Suara Merdeka yang sempat saya catat,

Sebuah usia yang tidak lagi muda sehingga peringatan hari jadi seyogianya jangan hanya seremonial tapi harus bisa membawa spirit yang mendorong kemajuan daerah itu. Semangat itu guna mengakselerasi tingkat kesejahteraan masyarakat. Capaian itu penting karena selama ini Kabupaten Demak tergolong daerah tertinggal bila dibandingkan dengan daerah lain, seperti Kabupaten Kudus atau Jepara. 

Padahal Demak pernah menjadi pusat kerajaan, dengan roda perekonomian yang lebih maju dari Kudus atau Jepara. Kunci keberhasilan pembangunan Demak bertumpu pada kekuatan lokal dan kebersamaan masyarakatnya. Dituntut kejelian dan kecerdasan seluruh stakeholder dalam melihat dan mengeksplorasi segala potensi daerah itu agar dapat mengangkat kesejahteraan warga di kabupaten tersebut. 

Proinvestasi
Upaya itu supaya dapat menyejajarkan dengan kabupaten/ kota lainnya. Konkretnya, supaya investasi tidak hanya tertumpu pada Semarang, kemudian ke Kudus atau Jepara, sedangkan Demak hanya dilewati. Ke depan tentu semua elemen di Kabupaten Demak berharap iklim investasi makin kuat melembaga di Kota Wali.

Melihat kondisi itu, rasanya perlu akselerasi dan optimalisasi pembangunan di Kabupaten Demak, dengan membangun sebuah komitmen dari segenap pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengejar ketertinggalan. Minimal menyejajarkan Kabupaten Demak dengan kabupaten/ kota tetangga, lewat slogan ’’Saatnya Demak Setara’’.
Selama ini, Demak hanya tempat lewat. Banyak investor yang hanya lewat ketika mereka melebarkan sayap dari Semarang ke Kudus atau Jepara. 

Banyak peziarah mengunjungi makam Sunan Kalijaga (Kadilangu) dan Sultan Fatah (Masjid Agung) tapi jarang yang menginap di Demak. Mereka lebih memilih menginap di Semarang atau Kudus karena menurut mereka tak ada hotel/ penginapan yang representatif di Demak. 

Padahal dengan banyak pengunjung yang menghabiskan waktu di Demak berarti menghasilkan perputaran uang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perlu beberapa program unggulan, yang benar-benar dapat direalisasikan dan bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat. 

Penggalian secara cerdas potensi pertanian, pariwisata, khazanah sosial budaya, dan religi akan menjadi modal berharga untuk mewujudkan keberhasilan Demak. 
Capaian itu akan menjadikan kabupaten tersebut makin maju dan lebih mampu bersaing dengan daerah lain.

Catatan ketiga

Semua komponen (masyarakat, pengusaha dan birokrasi ) bahu membahu untuk mewujudkan visi misi yang telah di tetapkan yang tidak hanya saling menuduh keterlambatan, saling menyerang tapi harus saling mendukung dan menyatukan genggaman tangan dan maju bersama dengan tugas masing masing di laksanakan dengan sebaik baiknya.

Agar harapan cita cita dan keinginan masyarakat bersama di Kabupaten Demak tercapai dan terwujud maka perlu kepedulian kita semua, memang tidak mudah namun apabila kita bertanggung jawab tidak saling melempar kesalahan, kita semua bekerja keras jangan sekedarnya, kita terus kreatif aktif inovatif dan responsive. 

Keep Spirit…….Semangat Pagi Alhamdulillah Luar Biasa……..

Sumber :
Suara Merdeka, Demakkab.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar